Puasa dan Pengaruhnya pada Jiwa dan raga
tentunya dalam berpuasa ada pengaruh jiwa dan raga kita, maka kita dianjurkan untuk berpuasa
A. Adab-Adab Berpuasa
Kesimpulan
dari adab-adab berpuasa baik yang terkait dengan sesuatu yang hukumnya wajib
dilaksanakan ataupun yang sunnah adalah sebagai berikut:
1.
Berpuasa dilandasi dengan sifat ikhlas hanya
karena Allah l n
عن أبي هريرة رضي
الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: مَن
صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِن
ذَنبِه. (رواه البخاري)
Barangsiapa yang berpuasa
Romadhon karena beriman kepada-Nya dan dilakukannya hanya untuk-Nya, maka Allah
akan mengampuni dosanya yang telah lalu maupun yang akan datang. (H.R. Bukhori)
2.
Mengkonsumsi makanan sahur, karena yang
demikian itu diperintahkan oleh Nabi n
عَنْ أَنَسٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ قَالَ:
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً. (متفق عليه)
Hendaknya kalian makan sahur
karena sesungguhnya didalam makan sahur terdapat keberkahan. (Muttafaq alaih)
Sedangkan waktu yang terbaik untuk melaksanakan makan sahur adalah
satu jam sebelum sholat Shubuh, yaitu waktu dengan kadar membaca lima puluh
ayat. Yang dimaksud makan sahur adalah makan apapun ataupun minum walaupun
hanya dengan beberapa teguk air ataupun dengan beberapa biji kurma. Dan di
dalam sahur ada keberkahan yang akan didapatkan oleh yang mengkonsumsinya,
berkah dalam mengikuti jejak Nabi, berkah dalam mendapat pahala dan berkah
untuk membantunya dalam melukakan ibadah puasa sehingga tidak merasakan
kesulitan dari kelaparan dan kehausan ketika melaksanakan ibadah puasa. Ibadah
sahur adalah ibadah yang membedakan antara kita dengan pemeluk agama lainnya,
sebagaimana Nabi n
عن عمرو بن العاص
رضي الله عنه عن النّبيّ صلى الله عليه وسلم أنّه قال : فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ
الْكِتَابِ ، أَكْلَةُ السَّحَرِ. (رواه مسلم)
Perbedaan antara puasa kita dan puasa ahlul kitab adalah adanya makan
sahur. (H.R. Muslim)
Dan juga hadits Nabi n
قال النّبيّ صلى
الله عليه وسلم: السَّحُورُ أَكَلَةٌ بَرَكَةٌ، فَلَا تَدَعُوهُ، وَلَو أَن
يَجرَعَ أَحَدُكُم جَرْعَةً مِن مَاءٍ، فَإِنَّ الله وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ
عَلَى المُتَسَحِّرِين. (رواه أحمد)
Didalam makan sahur ada keberkahan, maka jangan kalian tinggalkan
walaupun hanya dengan meminum beberapa tegukan air. Karena sesungguhnya Allah
dan malaikat-Nya mendoakan orang-orang yang makan sahur. (H.R. Ahmad)
3.
Disunnahkan
bagi seorang yang berpuasa untuk memperbanyak dzikir dan memperbanyak amal-amal
sunnah ketika berpuasa, baik itu dengan membaca Al-Qur’an, berdo’a, bertasbih,
bertahlil, bertahmid, bertakbir, melaksanakan sholat-sholat sunnah, shodaqoh
dan juga bermacam-macam kebaikan yang lainnya. Begitupula pada malam harinya
diisi dengan tadarus, sholat Terawih, sholat malam dan lain sebagainya.
Sebagimana hal itu dilakukan oleh Nabi n
عن ابن عباس رضي
الله عنهما قال: كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم أَجوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ
أَجوَد مَا يَكُونُ فِي رَمَضَان حِينَ يَلقَاهُ جِبرِيل فَيُدَارِسُهُ القُرآن،
وَكَانَ جِبرِيل يَلقَاهُ كُلَّ لَيلَة مِن رَمَضَان فَيُدَارِسهُ القُرآن
فَرَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم حِينَ يَلقَاهُ جِبرِيل أَجوَد بِالخَيرِ مِن
الرِّيحِ المُرسَلَة. (متفق عليه)
Rasulullah n p n
Maka pada saat berpuasa hindarilah
sifat malas dan sifat menganggur serta kelalaian dengan banyak tidur, banyak
bermain, banyak melihat televisi dan lain sebagainya apalagi yang sampainya
sifatnya terdapat unsur-unsur dosa, maka yang demikian itu harus dihindari.
4.
Seorang yang
beribadah puasa hendaknya menghindarkan diri dari segala perkataan yang jorok,
sumpah palsu, mengejek dan semua maksiat yang dapat mengurangi pahala puasa.
Karena maksud daripada puasa adalah menahan diri dari segala yang di haromkan,
baik hissy maupun ma’nawy, dhohir maupun batin. Sehingga pantas
jika Nabi n
عن أبي هريرة رضي
الله عنه قال: مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ
فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ. (رواه البخاري)
Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan yang menipu dan juga
tindakan penipuan, maka sesungguhnya Allah l
Berkata
Sahabat Jabir a
5.
Ketika
seseorang beribadah puasa, hendaknya meninggalkan segala macam perselisihan dan
perkelahian, meninggalkan perdebatan dan menahan amarahnya. Sebagaimana telah
dijelaskan bahwasannya berpuasa itu adalah berpuasa pula untuk menahan hawa
nafsu untuk dilampiaskan, menahan amarahnya dan berusaha mengatur emosinya
sebagaimana hal itu diperintahkan oleh Nabi n
عن أبي هريرة رضي
الله عنه قال:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: قال الله عز وجل: إِذَا كَانَ يَوم
صَومِ أَحَدِكُم فَلَا يَرفُث وَلَا يَصخُب، فَإِن سَابَهُ أَحَدٌ أَو قَاتَلَهُ
فَليَقُل إِنِّي صَائِمٌ. (متفق عليه)
Jika seseorang berpuasa pada suatu hari, maka hendaknya jangan sampai
melakuakan kekejian dan jangan mengumpat. Jika ada seseorang yang mencacinya
atau dia diajak berkelahi oleh orang lain, maka hendaknya dia berkata,
“Sesungguhnya aku seseorang yang sedang berpuasa.”(Muttafaq alaih)
6.
Ketika
berpuasa hendaknya menjaga sholat lima waktunya. Karena apalah faedahnya puasa jika seseorang berpuasa tapi dia
meninggalkan sholat lima waktu atau mengakhirkannya dari waktunya yang telah di tentukan. Bahkan terkadang seseorang ketika
berpuasa, dia tidur sepanjang siang sehingga
mengeluarkan waktu sholatnya dari waktu yang telah ditentukan. Yang semacam ini dapat meniadakan
dan menghabiskan pahala puasanya sehingga puasanya menjadi ibadah yang sia-sia
tanpa pahala.
7.
Hendaknya
menutup puasanya dengan banyak berdzikir dan do’a, yaitu ketika seseorang sedang
berbuka hendaknya setelah berbuka sedikit dia berdo’a, karena berdo’a pada waktu itu
dikabulkan. Dan hendaknya ketika berdo’a, pilah-pilihlah do’a yang baik. Jangan Cuma berdo’a untuk mendapatkan dunia, tapi untuk kebaikan dan kebahagiaan dunia
dan akhirat. Karena pada waktu itu semua doa akan dikabulkan dan
waktu diturunkannya keberkahan, sebagaimana Nabi n
عن عبد الله بن
عمرو رضي الله عنهما، سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : إِنَّ لِلصَّائِمِ
عِندَ فِطرِهِ لَدَعَوة لَا تُرَدُّ. (رواه ابن ماجه)
Sesungguhnya do’a seorang yang berpuasa ketika berbuka tidak ditolak
(dikabulkan). (H.R. Ibn Majah)
Dan ulama’
berkata bahwasanya arti dari hadits tersebut adalah waktu ketika berdo’a adalah
sebelum berbuka. Adapun doa yang datang dan diajarkan dari Nabi n
اللَّهُمَّ لَكَ
صُمْتُ، وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ، ذَهَبَ الظَّمَأ
وَابتَلَّت العُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجرُ إِن شَاءَ الله . (رواه أبو داود)
Ya Allah… Aku berpuasa untuk-Mu, dan dengan rizki-Mu aku berbuka.
Ya Allah… Aku berpuasa untuk-Mu, dan dengan rizki-Mu aku berbuka. Telah
hilang rasa haus, telah basah kembali tenggorokan dan akan tetap pahalanya jika
Allah menghendaki. (H.R. Abu Dawud)
8.
Cepat-cepat
berbuka ketika sudah masuk waktu Maghrib, karena didalam hal itu ada kebaikan
tersendiri. Sebagaimana Nabi n
عن سهل بن سعد
رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: لَا يَزَال النَّاسُ بخِيَرٍ
مَا عَجَلُوا الفِطرَ. (متفق عليه)
Masih saja manusia dalam kebaikan selama mereka bercepat-cepat dalam berbuka. (Muttafaq
alaih)
Asalkan berbukanya tepat setelah terbenamnya matahari, jangan sampai cepat-cepat tapi belum masuk waktu sholat Maghrib. Yang demikian itu adalah untuk menunjukkan
sikap senangnya dengan nikmat yang Allah berikan kepadanya dan tanda syukurnya, sebagaimana Rasulullah n
قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم: قَالَ الله عز وجل: أَحَبُّ عِبَادِي
إِلَيَّ أَعْجَلُهُمْ فِطْرًا. (رواه الترمذي)
Yang paling Aku cintai dari hamba-Ku adalah yang paling cepat
berbukanya. (H.R. Turmudzi)
Dan makruh
hukumnya untuk mengakhirkannya sampai pada waktu Isya’, karena itu adalah
kebiasaan orang Yahudi dan Nasrani dengan dasar hadits Nabi n
رواه أبو داود عن أبي هريرة رضي الله
عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: لَا يَزَالُ الدِّينُ ظَاهِرًا مَا عَجَّلَ
النَّاسُ الفِطرَ، لِأَنَّ اليَهُودَ وَالنَّصَارَى يُؤَخِّرُون. (رواه أحمد)
Masih saja agama Islam akan tampak selama para manusia mempercepat
berbuka, karena sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani mengakhirkan buka
puasa. (H.R. Ahmad)
9.
Disunnahkan
bagi seorang yang berpuasa untuk berbuka dengan kurma. Dan jika tidak
mendapatkannya, maka dengan air sebagaimana yang anjuran Nabi n
عن أَنَسِ بْنِ
مَالِكٍ رضي الله عنه قال: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ
رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ.
(رواه أحمد)
Nabi n
Dalam hadits
lain Rasulullah n
عن أَنَسِ بْنِ
مَالِكٍ رضي الله عنه قال:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى
رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ
فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ. (رواه أحمد)
Nabi n
عن سلمان بن عامر
الضبيِّ يبلغ به النبي صلى الله عليه وسلم قال : إِذَا أَفطَرَ أَحَدُكُم فَليُفطِر عَلَى تَمرٍ
إِنَّهُ بَرَكَة ، فَإِن لَم يَجِد فَعَلَى المَاءِ فَإِنَّهُ طَهُورٌ. (رواه
الترمذي)
Jika seseorang dari kalian berpuasa, maka hendaknya berbukalah dengan
kurma. Dan jika dia tidak mendapatkan kurma, maka hendaknya dengan air. Karena
sesungguhnya air adalah yang mensucikan. (H.R. Turmudzi)
10.
Hendaknya
orang yang berpuasa memperbanyak penggunaan siwak, asalkan sebelum masuknya
waktu Dzuhur. Sedangkan setelah masuk waktu Dzuhur, maka hukumnya makruh karena yang
demikian itu dapat menghilangkan bau tidak sedap dari mulut orang yang berpuasa yang mana
Nabi n
عن علي قال: قال
النبي صلى الله عليه وسلم: إِذَا صُمتُم
فَاستَاكُوا بِالغَدَاةِ وَلَا تَستَاكُوا بِالعَشِيِّ، فَإِنَّهُ لَيسَ مِن
صَائِمٍ تَيبَسَ شَفَتَاهُ بِالعَشِيِّ إِلَّا كَانَت نُورًا بَينَ عَينَيهِ يَومَ
القِيَامَةِ. (رواه الدارقطني)
Jika kalian berpuasa, maka hendaknya bersiwaklah di waktu siang dan
jangan bersiwak pada sore hari. Karena sesungguhnya tidak ada seorang yang
berpuasa yang kering bibirnya pada sore hari, kecuali hal itu akan menjadi
sebuah cahaya di depannya pada hari kiyamat. (H.R. Ad-Dar Quthni)
Akan tetapi
ada pula diantara ulama’ yang mengatakan bahwasannya setelah sholat Dzuhur
tidak makruh, hanya saja kebiasaan para salafunssholih dari kalangan Alawiyyin
-habaib dari Hadromaut- mereka bersiwak sampai waktu sholat Ashar. Setelah sholat
Ashar mereka tidak menggunakan siwak lagi sampai masuknya waktu sholat Maghrib.
B. Keistimewaan Ibadah Puasa
Ibadah puasa adalah rukun Islam yang keempat, dan
merupakan ibadah yang murni untuk Allah, karena ibadah lainnya seperti sholat,
shodaqoh, sujud dan lain-lain juga dilakukan oleh orang kafir, seperti
sholatnya orang Nasrani atau sujudnya orang yang menyembah patung dan shodaqoh
karena patung. Akan tetapi ibadah puasa tidak dilakukan kecuali untuk Allah l
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: قَالَ الله تَعَالَى: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَم
لَهُ إِلاَّ الصِّيَام فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ (متفق عليه)
Semua amal anak Adam untuk dirinya kecuali ibadah puasa, maka
sesungguhnya dia adalah untukKu dan Aku akan memberi imbalan karenanya.
(Muttafaq alaih)
Ayat dan hadits yang menerangkan tentang keistimewaan ibadah puasa
cukup banyak, diantaranya:
قَالَ الله تَعَالَى: إِنَّمَا يُوَفَّى
ٱلصَّـٰبِرُونَ أَجرَهُم بِغَيرِ حِسَابٍ (الزمر :١٠)
Sesungguhnya
diberikan pahala bagi orang yang sabar tanpa hitungan. [Az-Zumar: 10]
Menurut sebagian ahli tafsir, yang dimaksud dengan ٱلصَّـٰبِرُونَ di dalam ayat tersebut adalah
orang-orang yang berpuasa. Rasulullah n
عَنْ سَهْلِ بنِ سَعْدٍ رَضِيَ الله عَنْهُ عَنِ النَّبِي صلى
الله عليه وسلم قَالَ: إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَاباً يُقَالُ لَهُ الرَّياَّنُ
يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُوْن يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ
غَيْرَهُمْ، يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُوْن؟ فَيَقُوْمُوْن، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرَهُمْ، فَإِذَا دَخَلُوْا أُغْلِقَ
فَلَمْ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ.
(متفق عليه)
Sesungguhnya didalam surga ada
suatu pintu yang dinamakan Ar-Rayyan masuk kedalamnya orang-orang yang berpuasa
pada hari kiamat, tidak masuk ke dalamnya selain mereka. Maka dikatakan,
“Dimana orang-orang yang berpuasa?” Maka bangkitlah mereka. Tidak masuk ke
dalamnya seorangpun kecuali mereka, dan setelah mereka masuk ditutuplah pintu
tersebut. Sehingga tidak masuk ke dalamnya seorangpun”. (Muttafaq alaih)
Rasulullah bersabda di dalam haditsnya yang lain yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim:
عَنْ أَبِي
سَعِيْد الْخُدْرِي رَضِيَ
الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم: مَا مِنْ
عَبْدٍ يَصُوْمُ يَوْمًا فِي سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ بَاعَدَهُ الله بِذلِكَ
الْيَوْم وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِيْنَ خَرِيْفًا. (متفق عليه)
Tidak seorangpun dari hamba Allah
yang berpuasa satu hari karena Allah, kecuali dijauhkan karenanya oleh Allah
dirinya dari api neraka dengan jarak perjalanan tujuh puluh tahun. (Muttafaq
alaih)
C.
Hukum-Hukum Ibadah Puasa
1. Wajib, diantaranya:
·
Puasa bulan Ramadhan.
·
Apabila dia bernadzar.
·
Puasa kaffarah karena melanggar
sumpah atau lainnya.
·
Puasa di dalam haji sebagai ganti
dari fidyah.
·
Untuk mengqodlo' puasa Ramadhan
yang ditinggalkan.
·
Di waktu akan mengerjakan sholat
lstisqo', apabila Imam/Ulil Amri memerintahkan untuk berpuasa.
2. Sunnah, diantaranya adalah:
·
Puasa hari Arafah
·
Puasa Senin dan Kamis, dan
lain-lain.
3. Makruh, diantaranya adalah:
·
Berpuasa pada hari Jum'at atau
Sabtu saja tanpa disambung dengan hari sebelum atau sesudahnya.
·
Puasa dahr (puasa setiap hari)
apabila dengan puasa tersebut seseorang akan melalaikan kewajibannya.
4. Haram tetapi sah puasanya,
misalnya:
·
Puasa seorang istri tanpa seizin
suami.
5. Haram dan tidak sah puasanya,
diantaranya adalah:
·
Berpuasa pada hari-hari yang
diharamkan untuk berpuasa maka hukum puasanya haram dan tidak sah. Adapun hari
yang diharamkan tersebut adalah:
1) Hari Raya Idul Fitri (1
Syawwal) / Idul Adha (10 Dzulhijjah)
2) Hari Syak (30 Sya’ban)
apabila sebagian orang mengatakan telah melihat bulan sabit di bulan Ramadhan,
namun yang diberi berita masih ragu dan tidak ada pernyataan dari pemerintah.
3) Hari Tasyriq (tanggal
11,12,13 bulan Dzulhijjah).
·
Bagi wanita yang sedang haid atau
nifas.
·
Puasa sunnah tanggal 16 sampai 30
Sya’ban, kecuali apabila disambung dengan hari sebelum hari 16, atau menjadi
kebiasaannya seperti puasa Senin Kamis. Begitu pula jika puasa wajib, maka
tidak haram.
D. Hikmah Ibadah Puasa
Allah l
Bagitu pula ibadah puasa, tidak lepas dari hikmah-hikmah yang
sangat berarti bagi kita. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Ibadah puasa
membersihkan jiwa kita dengan melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi
semua larangan-Nya, serta melatihnya untuk melaksanakan semua ibadah dengan
sempurna, walaupun yang demikian itu mengharuskannya meninggalkan
kemauan-kemauan hawa nafsunya. Karena kalau dia mau, bisa saja seorang yang
berpuasa makan, minum dan berjima' tanpa diketahui seorangpun, akan tetapi dia
tinggalkan itu semua, demi mendapatkan ridho Allah l
2. Ibadah puasa melatih
jiwa kita untuk selalu mengedepankan ridho Allah l n
قَالَ
رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم: صَومُ شَهْرِ الصَّبْرِ وَثَلاَثَةِ أَيَّامٍ
مِنْ كُلِّ شَهْرٍ يُذْهِبْنَ وَحْرَ الصُّدُوْر.
(رواه البزار)
Berpuasa pada bulan kesabaran
(bulan Ramadhan) dan tiga hari setiap bulan (tanggal 13, 14, 15) dapat
menghilangkan penyakit hati. (H.R. Al-Bazzar)
1. Ibadah puasa dapat meredam nafsu seks manusia,
sebagaimana sabda Rasulullah n
قَالَ رَسُوْلُ
الله صلى الله عليه وسلم: يَا مَعْشَرَ الشَّبَاب مَنِ
اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَر
وَأَحْصَنُ لِلْفَرْج وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْم فَإِنَّهُ
لَهُ وِجَاء. (متفق عليه)
Wahai para
pemuda… barang siapa mampu di antara kalian untuk menikah, maka menikahlah
karena nikah itu dapat lebih memejamkan mata dan menjaga kemaluan seseorang.
Dan barang siapa belum mampu, maka hendaknya dia berpuasa, karena puasa itu
dapat meredamnya. (Muttafaq alaih)
2.
Ibadah puasa melatih kita untuk
selalu bersyukur akan nikmat-nikmat Allah l
3.
Ibadah puasa memberitahu kita
penderitaan orang-orang miskin, dimana kita diperintahkan untuk berpuasa dalam
waktu-waktu tertentu, untuk ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh orang-orang
miskin yang hampir setiap hari mereka merasakan hal itu, sehingga timbul rasa
iba kita untuk membantu mereka. Oleh karenanya Rasulullah n
4.
Ibadah puasa menjaga kesehatan
badan kita, dimana ilmu kedokteran membuktikan bahwa di dalam perut kita ada
baksil-baksil yang tidak akan mati kecuali dengan puasa, sehingga setelah
berpuasa sebulan akan mati semua baksil dan tahan sampai tahun berikutnya.
5.
Ibadah puasa bulan Ramadhan adalah
merupakan kesempatan emas untuk umat Rasulullah n l
قَالَ الله تَعَالَى:
لَيْلَةُ الْقَدرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْر (القدر : 3)
Dan lailatul qadar itu lebih baik
dari seribu bulan. (Q.S. Al-Qadr: 3)
6. Dengan ibadah puasa tersebut kita dapat meleburkan
dosa, sebagaimana sabda Rasulullah n
قَالَ رَسُوْلُ
الله صلى الله عليه وسلم: مَن صَامَ رَمَضَانَ
إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
(متفق عليه)
Barang siapa
berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala Allah semata,
maka Allah akan mengampunkan dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq alaih)
7.
Pada bulan itu juga terdapat shalat
Tarawih yang juga dapat meleburkan dosa-dosa kita, sebagaimana sabda Rasulullah
n
قَالَ
رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم: مَن قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
(متفق عليه)
Barangsiapa melaksanakan shalat
Tarawih karena iman dan mengharapkan pahala Allah semata, maka Allah akan
mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq alaih)
8. Pada bulan itu juga semua kebaikan akan dilipat
gandakan oleh Allah l
E. Puasa-Puasa Sunnah
1)
Puasa
Hari Arafah
Hari Arafah adalah paling afdholnya hari-hari Allah, yaitu hari
kesembilan dari bulan Dzul Hijjah. Pada hari itu Allah banyak membebaskan
hamba-hamba-Nya dari siksa neraka, sebagaimana sabda Rasulullah n
قَالَ
رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم: مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ
الله عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ.
(رواه مسلم)
Tidak ada hari yang lebih banyak
Allah membebaskan hamba-Nya dari siksa neraka dari hari Arafah. (H.R. Muslim)
Keutamaan berpuasa pada hari Arafah adalah akan diampuninya
dosa-dosa pada tahun yang lalu dan dosa-dosa pada tahun yang akan datang,
sebagaimana sabda Rasulullah n
عَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: سُئِلَ رَسُوْلُ
الله صلى الله عليه وسلم عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ، قَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ
الْمَاضِيَةِ. (رواه مسلم)
Ditanyakan kepada Rasulullah n
Berkata Ulama tentang maksud Rasulullah n
Puasa Arafah disunnahkan bagi orang yang tidak sedang
melakukan ibadah haji. Bagi orang yang sedang melakukan ibadah haji tidak
disunnahkan, bahkan hukumnya makruh. Karena ibadah haji menuntut orang yang
sedang melaksanakannya untuk mengamalkan sunnah haji, seperti membiarkan
dirinya di bawah terik panas matahari dan memperbanyak dzikir kepada Allah.
Jika dia berpuasa maka akan melemahkan badannya, sehingga dia tidak dapat
melaksanakan sunnah-sunnah haji tersebut. Oleh karena itu makruh bagi orang
yang sedang berhaji untuk berpuasa pada hari itu.
Selain hari Arafah di sunnahkan pula untuk berpuasa delapan hari
sebelumnya, baik bagi orang yang akan melaksanakan ibadah haji atau tidak.
2)
Puasa 6
(Enam) Hari Dalam Bulan Syawwal
Rasulullah n
عَنْ أَبِي أَيُّوْبَ رَضِيَ الله عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ
اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ
ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ. (رواه مسلم)
Barang siapa yang berpuasa Ramadhan lalu ditambah
dengan puasa enam hari pada Bulan Syawwal, maka hal itu seperti puasa sepanjang
masa. (H.R. Muslim)
Lebih afdhol jika berpuasa enam hari itu dilakukan dengan
berturut-turut dan dimulai dari hari kedua bulan Syawwal, dan jika tidak
demikian tidak apa-apa. Dan puasa enam hari disunnahkan, baik bagi orang yang
sudah berpuasa Ramadhan atau tidak
3)
Puasa
Hari Asyura Dan Tasu'a
Rasulullah n
عَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ
اللهِ سُئِلَ عَنْ صِيَامِ يَوْمِ عَاشُوْرَاء؟ فَقَالَ: ”يُكَفِّرُ السَّنَةَ
الْمَاضِيَةِ“ (رواه مسلم)
Sesungguhnya Rasulullah n
Hari Asyura adalah hari yang kesepuluh dari bulan Muharram. Hikmah
Syar’i menerangkan bahwa puasa hari Arafah meleburkan dosa dua tahun dan hari
Asyura meleburkan dosa satu tahun karena hari Arafah merupakan salah satu hari
yang istimewa bagi umat Islam, oleh karenanya dinamakan juga "Hari Nabi
Muhammad".
Sedangkan puasa Asyura dilakukan oleh Nabi Musa 'Alaihis Salam dan
Nabi yang lainnya. Oleh karenanya hari Asyura dinamakan juga hari Nabi Musa.
Sebagaimana kita ketahui Rasulullah n
Adapun puasa Tasu'a adalah hari yang kesembilan dari
bulan Muharram. Nabi Muhammad n
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: لَئِنْ بَقيْتُ إِلَى الْقَابِل لأَصُوْمَنَّ
التَّاسِع. (رواه مسلم)
Jika aku masih hidup sampai tahun
depan, maka aku akan puasa hari Tasu'a.
(H.R. Muslim)
Hikmah dilaksanakannya puasa hari Tasu'a adalah agar ibadah orang
Islam tidak menyerupai ibadah orang Yahudi. Karena orang Yahudi berpuasa pada
hari Asyura, sedangkan Rasulullah sangat tidak menyukai orang Islam melakukan
sesuatu seperti orang Yahudi. Oleh karenanya kita diperintahkan untuk puasa
Tasu'a juga.
4)
Puasa
Hari Senin dan Kamis
Puasa sunnah hari Senin dan Kamis merupakan puasa yang sering
dilaksanakan oleh Rasulullah n
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ عَن رَسُوْلِ اللهِ
صلى الله عليه وسلم قَالَ: تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الإِثْنَيْن وَالْخَمِيسِ
فَأُحِبّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِيْ وَأَنَا صَائِمْ.
(رواه الترمذي)
Amal-amal disodorkan kepada Allah
pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka disodorkan amalku dalam keadaan aku
berpuasa.
(H.R. Turmudzi)
Akan tetapi puasa hari Senin lebih afdhol karena
Rasulullah n
عَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ
اللهِ صلى الله عليه وسلم سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الإِثْنَيْنِ فَقَالَ: ذَلِكَ
يَوْمَ وُلِدْتُ فِيْهِ وَيَوْمَ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِـيْـه.
(رواه مسلم)
Telah
ditanyakan kepada Rasulullah n
5)
Puasa
Hari-Hari Biydh
Hari-hari Biydh adalah tanggal 13, 14 dan 15 setiap
bulan. Dan dinamakan biydh, karena bulan pada waktu itu sedang bulat-bulatnya.
Adapun hadits yang menjelaskan hal itu adalah sebagai berikut:
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ بْنِ
مَلْحَانَ رَضِيَ الله عَنْهُ
قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَأْمُرُنَا بِصِيَامِ أَيَّامِ
الْبِيْضِ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ (رواه أبو
داود)
Rasulullah n
(H.R.Abu Dawud)
Rasulullah n
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله عَنْهُمَا قَالَ: كَانَ
رَسُوْلُ اللهِ لاَ يَفْطُرُ أَيَّامَ الْبِيْضِ فِي حَضَرٍ وَلاَ سَفَرٍ.
(رواه النسائي)
Rasulullah n
Juga kita disunnahkan berpuasa pada tanggal 28, 29 dan 30 dari
setiap bulan yang dinamakan ayyamus suud. Dinamakan demikian karena
bulan pada hari-hari itu tidak tampak, atau tampak tapi mengecil, sehingga
malam sangat gelap gulita.
6)
Puasa
Nabi Dawud
Puasa Dawud adalah berpuasa satu hari kemudian berbuka satu hari
dan begitu seterusnya silih berganti. Puasa ini termasuk paling afdolnya
puasa-puasa sunnah, sebagaimana sabda Rasulullah n
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ
عَمْرو بْنِ الْعَاص رَضِيَ الله عَنْهُ
قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: أَفْضَلُ الصِّيَامِ صِيَامُ
دَاوُدْ، كَانَ يَصُوْمُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا.
(متفق عليه)
Paling Afdolnya puasa adalah puasa
Nabi Dawud, beliau berpuasa sehari dan berbuka sehari. (Muttafaq alaih)
7)
Puasa
Dahr
Puasa dahr adalah berpuasa setiap hari sepanjang tahun.
Sedangkan hukumnya dapat diperinci sebagai berikut:
· Jika seseorang yang berpuasa dahr akan menyebabkannya
melalaikan kewajiban-kewajibannya, atau dikarenakan berpuasa dahr dia akan
jatuh sakit maka puasa dahr orang ini hukumnya makruh.
· Dan bagi orang yang berpuasa dahr akan tetapi tidak
melalaikan kewajiban-kewajibannya, maka hukum puasanya sunnah, sebagaimana
sabda Rasulullah n
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى
الله عليه وسلم: مَنْ صَامَ الدَّهْرَ ضِيْقَتْ عَلَيْهِ جَهَنَّمَ .(رواه
البيهقي)
Barang siapa berpuasa dengan puasa
Dahr, maka akan disempitkan baginya Api Neraka Jahannam. (H.R. Baihaqi)
Post a Comment for "Puasa dan Pengaruhnya pada Jiwa dan raga"