Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Puasa dan Pengaruhnya pada Jiwa dan raga

tentunya dalam berpuasa ada pengaruh jiwa dan raga kita, maka kita dianjurkan untuk berpuasa

A.   Adab-Adab Berpuasa

Kesimpulan dari adab-adab berpuasa baik yang terkait dengan sesuatu yang hukumnya wajib dilaksanakan ataupun yang sunnah adalah sebagai berikut:

1.   Berpuasa dilandasi dengan sifat ikhlas hanya karena Allah

l

 dan untuk meraih ridho-Nya serta balasan di akhirat nanti dan menghindari semua sifat riya’ (ingin didengar orang lain) dan melakukannya karena ingin mendapatkan bagian dunia, dengan dasar apa yang di sampaikan Nabi

n

 dalam haditsnya sebagai berikut:

عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: مَن صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنبِه. (رواه البخاري)

Barangsiapa yang berpuasa Romadhon karena beriman kepada-Nya dan dilakukannya hanya untuk-Nya, maka Allah akan mengampuni dosanya yang telah lalu maupun yang akan datang. (H.R. Bukhori)

2.       Mengkonsumsi makanan sahur, karena yang demikian itu diperintahkan oleh Nabi

n

 dalam haditsnya berikut:

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ قَالَ: تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً. (متفق عليه)

Hendaknya kalian makan sahur karena sesungguhnya didalam makan sahur terdapat keberkahan. (Muttafaq alaih)

Sedangkan waktu yang terbaik untuk melaksanakan makan sahur adalah satu jam sebelum sholat Shubuh, yaitu waktu dengan kadar membaca lima puluh ayat. Yang dimaksud makan sahur adalah makan apapun ataupun minum walaupun hanya dengan beberapa teguk air ataupun dengan beberapa biji kurma. Dan di dalam sahur ada keberkahan yang akan didapatkan oleh yang mengkonsumsinya, berkah dalam mengikuti jejak Nabi, berkah dalam mendapat pahala dan berkah untuk membantunya dalam melukakan ibadah puasa sehingga tidak merasakan kesulitan dari kelaparan dan kehausan ketika melaksanakan ibadah puasa. Ibadah sahur adalah ibadah yang membedakan antara kita dengan pemeluk agama lainnya, sebagaimana Nabi

n

 bersabda:

عن عمرو بن العاص رضي الله عنه عن النّبيّ صلى الله عليه وسلم أنّه قال : فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ ، أَكْلَةُ السَّحَرِ. (رواه مسلم)

Perbedaan antara puasa kita dan puasa ahlul kitab adalah adanya makan sahur. (H.R. Muslim)  

Dan juga hadits Nabi

n

:

قال النّبيّ صلى الله عليه وسلم: السَّحُورُ أَكَلَةٌ بَرَكَةٌ، فَلَا تَدَعُوهُ، وَلَو أَن يَجرَعَ أَحَدُكُم جَرْعَةً مِن مَاءٍ، فَإِنَّ الله وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى المُتَسَحِّرِين. (رواه أحمد)

Didalam makan sahur ada keberkahan, maka jangan kalian tinggalkan walaupun hanya dengan meminum beberapa tegukan air. Karena sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya mendoakan orang-orang yang makan sahur. (H.R. Ahmad)

3.       Disunnahkan bagi seorang yang berpuasa untuk memperbanyak dzikir dan memperbanyak amal-amal sunnah ketika berpuasa, baik itu dengan membaca Al-Qur’an, berdo’a, bertasbih, bertahlil, bertahmid, bertakbir, melaksanakan sholat-sholat sunnah, shodaqoh dan juga bermacam-macam kebaikan yang lainnya. Begitupula pada malam harinya diisi dengan tadarus, sholat Terawih, sholat malam dan lain sebagainya. Sebagimana hal itu dilakukan oleh Nabi

n

 berdasarkan hadits berikut:

عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم أَجوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجوَد مَا يَكُونُ فِي رَمَضَان حِينَ يَلقَاهُ جِبرِيل فَيُدَارِسُهُ القُرآن، وَكَانَ جِبرِيل يَلقَاهُ كُلَّ لَيلَة مِن رَمَضَان فَيُدَارِسهُ القُرآن فَرَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم حِينَ يَلقَاهُ جِبرِيل أَجوَد بِالخَيرِ مِن الرِّيحِ المُرسَلَة. (متفق عليه)

Rasulullah

n

 adalah paling dermawannya manusia. Dan yang paling dermawan dari Nabi ketika di bulan Romadhon tatkala dia bertemu dengan Jibril

p

 dan bertadarus Al-Qur’an. Sesungguhnya Rasulullah

n

 ketika bertemu dengan Jibril lebih dermawan daripada angin yang berhembus. (Muttafaq alaih)

Maka pada saat berpuasa hindarilah sifat malas dan sifat menganggur serta kelalaian dengan banyak tidur, banyak bermain, banyak melihat televisi dan lain sebagainya apalagi yang sampainya sifatnya terdapat unsur-unsur dosa, maka yang demikian itu harus dihindari.

4.   Seorang yang beribadah puasa hendaknya menghindarkan diri dari segala perkataan yang jorok, sumpah palsu, mengejek dan semua maksiat yang dapat mengurangi pahala puasa. Karena maksud daripada puasa adalah menahan diri dari segala yang di haromkan, baik hissy maupun ma’nawy, dhohir maupun batin. Sehingga pantas jika Nabi

n

 bersabda:

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ. (رواه البخاري)

Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan yang menipu dan juga tindakan penipuan, maka sesungguhnya Allah

l

 tidak membutuhkan kepada orang tersebut dengan meninggalkan makanan dan minumannya. (H.R. Bukhori)

Berkata Sahabat Jabir

a

, “Jika kalian berpuasa, maka hendaknya berpusa pula pendengaranmu, pandanganmu dan lidahmu dari segala kebohongan, dosa dan meninggalkan mengganggu tetangga. Dan hendaknya ketika seseorang berpuasa dalam keadaan tenang dan taat beribadah melebihi daripada hari-hari yang lainnya.”

5.   Ketika seseorang beribadah puasa, hendaknya meninggalkan segala macam perselisihan dan perkelahian, meninggalkan perdebatan dan menahan amarahnya. Sebagaimana telah dijelaskan bahwasannya berpuasa itu adalah berpuasa pula untuk menahan hawa nafsu untuk dilampiaskan, menahan amarahnya dan berusaha mengatur emosinya sebagaimana hal itu diperintahkan oleh Nabi

n

dalam haditsnya:

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: قال الله عز وجل: إِذَا كَانَ يَوم صَومِ أَحَدِكُم فَلَا يَرفُث وَلَا يَصخُب، فَإِن سَابَهُ أَحَدٌ أَو قَاتَلَهُ فَليَقُل إِنِّي صَائِمٌ. (متفق عليه)

Jika seseorang berpuasa pada suatu hari, maka hendaknya jangan sampai melakuakan kekejian dan jangan mengumpat. Jika ada seseorang yang mencacinya atau dia diajak berkelahi oleh orang lain, maka hendaknya dia berkata, “Sesungguhnya aku seseorang yang sedang berpuasa.”(Muttafaq alaih)

6.   Ketika berpuasa hendaknya menjaga sholat lima waktunya. Karena apalah faedahnya puasa jika seseorang berpuasa tapi dia meninggalkan sholat lima waktu atau mengakhirkannya dari waktunya yang telah di tentukan. Bahkan terkadang seseorang ketika berpuasa, dia tidur sepanjang siang sehingga mengeluarkan waktu sholatnya dari waktu yang telah ditentukan. Yang semacam ini dapat meniadakan dan menghabiskan pahala puasanya sehingga puasanya menjadi ibadah yang sia-sia tanpa pahala.

7.   Hendaknya menutup puasanya dengan banyak berdzikir dan doa, yaitu ketika seseorang sedang berbuka hendaknya setelah berbuka sedikit dia berdoa, karena berdo’a pada waktu itu dikabulkan. Dan hendaknya ketika berdoa, pilah-pilihlah doa yang baik. Jangan Cuma berdoa untuk mendapatkan dunia, tapi untuk kebaikan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Karena pada waktu itu semua doa akan dikabulkan dan waktu diturunkannya keberkahan, sebagaimana Nabi

n

 bersabda:

عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما، سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : إِنَّ لِلصَّائِمِ عِندَ فِطرِهِ لَدَعَوة لَا تُرَدُّ. (رواه ابن ماجه)

Sesungguhnya do’a seorang yang berpuasa ketika berbuka tidak ditolak (dikabulkan). (H.R. Ibn Majah)

Dan ulama’ berkata bahwasanya arti dari hadits tersebut adalah waktu ketika berdo’a adalah sebelum berbuka. Adapun doa yang datang dan diajarkan dari Nabi

n

 ketika berbuka adalah sebagai berikut:

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ، وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ، ذَهَبَ الظَّمَأ وَابتَلَّت العُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجرُ إِن شَاءَ الله . (رواه أبو داود)

Ya Allah… Aku berpuasa untuk-Mu, dan dengan rizki-Mu aku berbuka. 

Ya Allah… Aku berpuasa untuk-Mu, dan dengan rizki-Mu aku berbuka. Telah hilang rasa haus, telah basah kembali tenggorokan dan akan tetap pahalanya jika Allah menghendaki. (H.R. Abu Dawud)

8.   Cepat-cepat berbuka ketika sudah masuk waktu Maghrib, karena didalam hal itu ada kebaikan tersendiri. Sebagaimana Nabi

n

 menganjurkan:

عن سهل بن سعد رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: لَا يَزَال النَّاسُ بخِيَرٍ مَا عَجَلُوا الفِطرَ. (متفق عليه)

Masih saja manusia dalam kebaikan selama mereka bercepat-cepat dalam berbuka. (Muttafaq alaih)

Asalkan berbukanya tepat setelah terbenamnya matahari, jangan sampai cepat-cepat tapi belum masuk waktu sholat Maghrib. Yang demikian itu adalah untuk menunjukkan sikap senangnya dengan nikmat yang Allah berikan kepadanya dan tanda syukurnya, sebagaimana Rasulullah

n

 bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: قَالَ الله عز وجل: أَحَبُّ عِبَادِي إِلَيَّ أَعْجَلُهُمْ فِطْرًا. (رواه الترمذي)

Yang paling Aku cintai dari hamba-Ku adalah yang paling cepat berbukanya. (H.R. Turmudzi)

Dan makruh hukumnya untuk mengakhirkannya sampai pada waktu Isya’, karena itu adalah kebiasaan orang Yahudi dan Nasrani dengan dasar hadits Nabi

n

 :

 رواه أبو داود عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم  قال: لَا يَزَالُ الدِّينُ ظَاهِرًا مَا عَجَّلَ النَّاسُ الفِطرَ، لِأَنَّ اليَهُودَ وَالنَّصَارَى يُؤَخِّرُون. (رواه أحمد)

Masih saja agama Islam akan tampak selama para manusia mempercepat berbuka, karena sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani mengakhirkan buka puasa. (H.R. Ahmad)

9.   Disunnahkan bagi seorang yang berpuasa untuk berbuka dengan kurma. Dan jika tidak mendapatkannya, maka dengan air sebagaimana yang anjuran Nabi

n

 :

عن أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قال: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ. (رواه أحمد)

Nabi

n

 selalu berbuka dengan rutob (kurma yang setengah masak) sebelum dia melaksanakan sholat maghrib, kalau dia tidak mendapatkannya maka dia berbuka dengan kurma dan jika dia tidak mendapatkan kurma maka dia meminum beberapa tegukan air. (H.R. Ahmad)

Dalam hadits lain Rasulullah

n

 bersabda:

عن أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قال: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ. (رواه أحمد)

Nabi

n

 selalu berbuka denagn Ruthob (kurma yang setengah masak) sbelum melaksanakan sholat Maghrib. Jika beliau tidak mendapatkannya, maka dengan kurma. Dan jika beliau tidak mendapatkan kurma, maka beliau minum beberapa teguk air. (H.R. Ahmad)

عن سلمان بن عامر الضبيِّ يبلغ به النبي صلى الله عليه وسلم قال : إِذَا أَفطَرَ أَحَدُكُم فَليُفطِر عَلَى تَمرٍ إِنَّهُ بَرَكَة ، فَإِن لَم يَجِد فَعَلَى المَاءِ فَإِنَّهُ طَهُورٌ. (رواه الترمذي)

Jika seseorang dari kalian berpuasa, maka hendaknya berbukalah dengan kurma. Dan jika dia tidak mendapatkan kurma, maka hendaknya dengan air. Karena sesungguhnya air adalah yang mensucikan. (H.R. Turmudzi)

10.    Hendaknya orang yang berpuasa memperbanyak penggunaan siwak, asalkan sebelum masuknya waktu Dzuhur. Sedangkan setelah masuk waktu Dzuhur, maka hukumnya makruh karena yang demikian itu dapat menghilangkan bau tidak sedap dari mulut orang yang berpuasa yang mana Nabi

n

 bersabda:

عن علي قال: قال النبي صلى الله عليه وسلم:  إِذَا صُمتُم فَاستَاكُوا بِالغَدَاةِ وَلَا تَستَاكُوا بِالعَشِيِّ، فَإِنَّهُ لَيسَ مِن صَائِمٍ تَيبَسَ شَفَتَاهُ بِالعَشِيِّ إِلَّا كَانَت نُورًا بَينَ عَينَيهِ يَومَ القِيَامَةِ. (رواه الدارقطني)

Jika kalian berpuasa, maka hendaknya bersiwaklah di waktu siang dan jangan bersiwak pada sore hari. Karena sesungguhnya tidak ada seorang yang berpuasa yang kering bibirnya pada sore hari, kecuali hal itu akan menjadi sebuah cahaya di depannya pada hari kiyamat. (H.R. Ad-Dar Quthni)

Akan tetapi ada pula diantara ulama’ yang mengatakan bahwasannya setelah sholat Dzuhur tidak makruh, hanya saja kebiasaan para salafunssholih dari kalangan Alawiyyin -habaib dari Hadromaut- mereka bersiwak sampai waktu sholat Ashar. Setelah sholat Ashar mereka tidak menggunakan siwak lagi sampai masuknya waktu sholat Maghrib.

 

B.   Keistimewaan Ibadah Puasa

Ibadah puasa adalah rukun Islam yang keempat, dan merupakan ibadah yang murni untuk Allah, karena ibadah lainnya seperti sholat, shodaqoh, sujud dan lain-lain juga dilakukan oleh orang kafir, seperti sholatnya orang Nasrani atau sujudnya orang yang menyembah patung dan shodaqoh karena patung. Akan tetapi ibadah puasa tidak dilakukan kecuali untuk Allah

l

. Oleh karenanya Allah berfirman di dalam hadits qudsinya yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: قَالَ الله تَعَالَى: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَم لَهُ إِلاَّ الصِّيَام فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ (متفق عليه)

Semua amal anak Adam untuk dirinya kecuali ibadah puasa, maka sesungguhnya dia adalah untukKu dan Aku akan memberi imbalan karenanya. (Muttafaq alaih)

Ayat dan hadits yang menerangkan tentang keistimewaan ibadah puasa cukup banyak, diantaranya:

قَالَ الله تَعَالَى: إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّـٰبِرُونَ أَجرَهُم بِغَيرِ حِسَابٍ (الزمر :١٠)

Sesungguhnya diberikan pahala bagi orang yang sabar tanpa hitungan. [Az-Zumar: 10]

Menurut sebagian ahli tafsir, yang dimaksud dengan ٱلصَّـٰبِرُونَ di dalam ayat tersebut adalah orang-orang yang berpuasa. Rasulullah

n

 bersabda:

عَنْ سَهْلِ بنِ سَعْدٍ رَضِيَ الله عَنْهُ عَنِ النَّبِي صلى الله عليه وسلم قَالَ: إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَاباً يُقَالُ لَهُ الرَّياَّنُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُوْن يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرَهُمْ، يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُوْن؟ فَيَقُوْمُوْن، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرَهُمْ، فَإِذَا دَخَلُوْا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ. (متفق عليه)

Sesungguhnya didalam surga ada suatu pintu yang dinamakan Ar-Rayyan masuk kedalamnya orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat, tidak masuk ke dalamnya selain mereka. Maka dikatakan, “Dimana orang-orang yang berpuasa?” Maka bangkitlah mereka. Tidak masuk ke dalamnya seorangpun kecuali mereka, dan setelah mereka masuk ditutuplah pintu tersebut. Sehingga tidak masuk ke dalamnya seorangpun”. (Muttafaq alaih)

 

Rasulullah bersabda di dalam haditsnya yang lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim:

عَنْ أَبِي سَعِيْد الْخُدْرِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم: مَا مِنْ عَبْدٍ يَصُوْمُ يَوْمًا فِي سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ بَاعَدَهُ الله بِذلِكَ الْيَوْم وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِيْنَ خَرِيْفًا. (متفق عليه)

Tidak seorangpun dari hamba Allah yang berpuasa satu hari karena Allah, kecuali dijauhkan karenanya oleh Allah dirinya dari api neraka dengan jarak perjalanan tujuh puluh tahun. (Muttafaq alaih)

 

C.   Hukum-Hukum Ibadah Puasa

1.     Wajib, diantaranya:

·      Puasa bulan Ramadhan.

·      Apabila dia bernadzar.

·      Puasa kaffarah karena melanggar sumpah atau lainnya.

·      Puasa di dalam haji sebagai ganti dari fidyah.

·      Untuk mengqodlo' puasa Ramadhan yang ditinggalkan.

·      Di waktu akan mengerjakan sholat lstisqo', apabila Imam/Ulil Amri memerintahkan untuk berpuasa.

2.     Sunnah, diantaranya adalah:

·      Puasa hari Arafah

·      Puasa Senin dan Kamis, dan lain-lain.

3.     Makruh, diantaranya adalah:

·      Berpuasa pada hari Jum'at atau Sabtu saja tanpa disambung dengan hari sebelum atau sesudahnya.

·      Puasa dahr (puasa setiap hari) apabila dengan puasa tersebut seseorang akan melalaikan kewajibannya.

4.     Haram tetapi sah puasanya, misalnya:

·      Puasa seorang istri tanpa seizin suami.

5.     Haram dan tidak sah puasanya, diantaranya adalah:

·      Berpuasa pada hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa maka hukum puasanya haram dan tidak sah. Adapun hari yang diharamkan tersebut adalah:

1) Hari Raya Idul Fitri (1 Syawwal) / Idul Adha (10 Dzulhijjah)

2) Hari Syak (30 Sya’ban) apabila sebagian orang mengatakan telah melihat bulan sabit di bulan Ramadhan, namun yang diberi berita masih ragu dan tidak ada pernyataan dari pemerintah.

3) Hari Tasyriq (tanggal 11,12,13 bulan Dzulhijjah).

·      Bagi wanita yang sedang haid atau nifas.

·      Puasa sunnah tanggal 16 sampai 30 Sya’ban, kecuali apabila disambung dengan hari sebelum hari 16, atau menjadi kebiasaannya seperti puasa Senin Kamis. Begitu pula jika puasa wajib, maka tidak haram.

 

D.  Hikmah Ibadah Puasa

Allah

l

 tidak menggariskan suatu hukum atau suatu syariat kecuali pasti mengandung hikmah yang kembali kepada kita dengan kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat, baik sudah diketahui oleh manusia atau belum.

Bagitu pula ibadah puasa, tidak lepas dari hikmah-hikmah yang sangat berarti bagi kita. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1.    Ibadah puasa membersihkan jiwa kita dengan melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya, serta melatihnya untuk melaksanakan semua ibadah dengan sempurna, walaupun yang demikian itu mengharuskannya meninggalkan kemauan-kemauan hawa nafsunya. Karena kalau dia mau, bisa saja seorang yang berpuasa makan, minum dan berjima' tanpa diketahui seorangpun, akan tetapi dia tinggalkan itu semua, demi mendapatkan ridho Allah

l

.

2.    Ibadah puasa melatih jiwa kita untuk selalu mengedepankan ridho Allah

l

 dan melatihnya untuk bersabar, dimana kita mempunyai keinginan-keinginan yang timbul dari hawa nafsu, akan tetapi kita bersabar untuk mengekangnya, sehingga dengan kesabaran, kita mengekang hawa nafsu dengan berpuasa akan bermanfaat untuk kebersihan hati kita. Oleh karenanya Baginda Rasulullah

n

 bersabda:

قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم: صَومُ شَهْرِ الصَّبْرِ وَثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ يُذْهِبْنَ وَحْرَ الصُّدُوْر. (رواه البزار)

Berpuasa pada bulan kesabaran (bulan Ramadhan) dan tiga hari setiap bulan (tanggal 13, 14, 15) dapat menghilangkan penyakit hati. (H.R. Al-Bazzar)

1.      Ibadah puasa dapat meredam nafsu seks manusia, sebagaimana sabda Rasulullah

n

:

قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم: يَا مَعْشَرَ الشَّبَاب مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَر وَأَحْصَنُ لِلْفَرْج وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْم فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاء. (متفق عليه)

Wahai para pemuda… barang siapa mampu di antara kalian untuk menikah, maka menikahlah karena nikah itu dapat lebih memejamkan mata dan menjaga kemaluan seseorang. Dan barang siapa belum mampu, maka hendaknya dia berpuasa, karena puasa itu dapat meredamnya. (Muttafaq alaih)

2.       Ibadah puasa melatih kita untuk selalu bersyukur akan nikmat-nikmat Allah

l

. Karena biasanya seseorang akan mensyukuri suatu nikmat setelah tiada. Begitu pula orang yang berpuasa, ketika berpuasa seakan dia orang yang tidak punya, dan tatkala berbuka seakan dia orang yang kaya, sehingga akan kita dengar orang yang berpuasa ketika berbuka mengucapkan kalimat “Alhamdulillah” dari lubuk hatinya sebagai tanda syukurnya, yang mana hal itu jarang kita rasakan tatkala seseorang tidak berpuasa.

3.       Ibadah puasa memberitahu kita penderitaan orang-orang miskin, dimana kita diperintahkan untuk berpuasa dalam waktu-waktu tertentu, untuk ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh orang-orang miskin yang hampir setiap hari mereka merasakan hal itu, sehingga timbul rasa iba kita untuk membantu mereka. Oleh karenanya Rasulullah

n

 lebih dermawan ketika Ramadhan, karena merasakan sendiri bagaimana penderitaan orang yang tidak punya.

4.       Ibadah puasa menjaga kesehatan badan kita, dimana ilmu kedokteran membuktikan bahwa di dalam perut kita ada baksil-baksil yang tidak akan mati kecuali dengan puasa, sehingga setelah berpuasa sebulan akan mati semua baksil dan tahan sampai tahun berikutnya.

5.       Ibadah puasa bulan Ramadhan adalah merupakan kesempatan emas untuk umat Rasulullah

n

 dalam mengumpulkan banyak pahala, dimana pada bulan itu terdapat lailatul qadar, dimana Allah menggam-barkan dalam Al-Qur'an, satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, sebagaimana firman Allah

l

:

قَالَ الله تَعَالَى: لَيْلَةُ الْقَدرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْر (القدر : 3)

Dan lailatul qadar itu lebih baik dari seribu bulan. (Q.S. Al-Qadr: 3)

6.      Dengan ibadah puasa tersebut kita dapat meleburkan dosa, sebagaimana sabda Rasulullah

n

:

قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم: مَن صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. (متفق عليه)

Barang siapa berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala Allah semata, maka Allah akan mengampunkan dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq alaih)

7.      Pada bulan itu juga terdapat shalat Tarawih yang juga dapat meleburkan dosa-dosa kita, sebagaimana sabda Rasulullah

n

:

قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم: مَن قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. (متفق عليه)

Barangsiapa melaksanakan shalat Tarawih karena iman dan mengharapkan pahala Allah semata, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq alaih)

 

8.      Pada bulan itu juga semua kebaikan akan dilipat gandakan oleh Allah

l

. Pekerjaan sunnahnya akan dihitung oleh Allah sebagai pekerjaan fardhu. Dan banyak lagi hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya, maka beruntunglah mereka yang menggunakan kesempatan itu sebaik-baiknya.

 

E.  Puasa-Puasa Sunnah

1)     Puasa Hari Arafah

Hari Arafah adalah paling afdholnya hari-hari Allah, yaitu hari kesembilan dari bulan Dzul Hijjah. Pada hari itu Allah banyak membebaskan hamba-hamba-Nya dari siksa neraka, sebagaimana sabda Rasulullah

n

 yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم: مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ الله عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ. (رواه مسلم)

Tidak ada hari yang lebih banyak Allah membebaskan hamba-Nya dari siksa neraka dari hari Arafah. (H.R. Muslim)

Keutamaan berpuasa pada hari Arafah adalah akan diampuninya dosa-dosa pada tahun yang lalu dan dosa-dosa pada tahun yang akan datang, sebagaimana sabda Rasulullah

n

:

عَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: سُئِلَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ، قَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةِ. (رواه مسلم)

Ditanyakan kepada Rasulullah

n

 tentang puasa hari Arafah, maka beliau bersabda: “Bahwa puasa Arafah meleburkan dosa tahun yang lalu dan dosa pada tahun yang akan datang”. (H.R. Muslim)

Berkata Ulama tentang maksud Rasulullah

n

 dalam haditsnya bahwa puasa Arafah meleburkan dosa-dosa yang akan datang, yakni menjaga orang itu untuk tidak melakukan dosa-dosa kecil. Dan jika melakukannya maka dengan berpuasa Arafah akan meleburkan dosa tersebut. Dosa yang dimaksud di sini selain dosa besar. Sebab dosa besar membutuhkan taubat nasuha untuk meleburnya.

Puasa Arafah disunnahkan bagi orang yang tidak sedang melakukan ibadah haji. Bagi orang yang sedang melakukan ibadah haji tidak disunnahkan, bahkan hukumnya makruh. Karena ibadah haji menuntut orang yang sedang melaksanakannya untuk mengamalkan sunnah haji, seperti membiarkan dirinya di bawah terik panas matahari dan memperbanyak dzikir kepada Allah. Jika dia berpuasa maka akan melemahkan badannya, sehingga dia tidak dapat melaksanakan sunnah-sunnah haji tersebut. Oleh karena itu makruh bagi orang yang sedang berhaji untuk berpuasa pada hari itu.

Selain hari Arafah di sunnahkan pula untuk berpuasa delapan hari sebelumnya, baik bagi orang yang akan melaksanakan ibadah haji atau tidak.

 

2)     Puasa 6 (Enam) Hari Dalam Bulan Syawwal

Rasulullah

n

bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim:

عَنْ أَبِي أَيُّوْبَ رَضِيَ الله عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ. (رواه مسلم)

Barang siapa yang berpuasa Ramadhan lalu ditambah dengan puasa enam hari pada Bulan Syawwal, maka hal itu seperti puasa sepanjang masa. (H.R. Muslim)

 

Lebih afdhol jika berpuasa enam hari itu dilakukan dengan berturut-turut dan dimulai dari hari kedua bulan Syawwal, dan jika tidak demikian tidak apa-apa. Dan puasa enam hari disunnahkan, baik bagi orang yang sudah berpuasa Ramadhan atau tidak

 

3)     Puasa Hari Asyura Dan Tasu'a

Rasulullah

n

 bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim :

عَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ سُئِلَ عَنْ صِيَامِ يَوْمِ عَاشُوْرَاء؟ فَقَالَ: ”يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةِ“ (رواه مسلم)

Sesungguhnya Rasulullah

n

 telah ditanya tentang puasa hari Asyura. Lalu beliau menjawab, “Puasa pada hari itu meleburkan dosa (dosa yang kecil) pada tahun yang lampau. (H.R. Muslim)

Hari Asyura adalah hari yang kesepuluh dari bulan Muharram. Hikmah Syar’i menerangkan bahwa puasa hari Arafah meleburkan dosa dua tahun dan hari Asyura meleburkan dosa satu tahun karena hari Arafah merupakan salah satu hari yang istimewa bagi umat Islam, oleh karenanya dinamakan juga "Hari Nabi Muhammad".

Sedangkan puasa Asyura dilakukan oleh Nabi Musa 'Alaihis Salam dan Nabi yang lainnya. Oleh karenanya hari Asyura dinamakan juga hari Nabi Musa. Sebagaimana kita ketahui Rasulullah

n

 adalah paling afdholnya para Nabi, karena itulah hari Nabi Muhammad yaitu hari Arafah meleburkan dosa dua tahun dan puasa hari Asyura wajib atas umat yang terdahulu.

Adapun puasa Tasu'a adalah hari yang kesembilan dari bulan Muharram. Nabi Muhammad

n

 belum pernah menunaikannya akan tetapi dalam haditsnya, beliau bersabda akan melakukannya jika beliau masih hidup, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: لَئِنْ بَقيْتُ إِلَى الْقَابِل لأَصُوْمَنَّ التَّاسِع. (رواه مسلم)

Jika aku masih hidup sampai tahun depan, maka aku akan puasa hari Tasu'a.
(H.R. Muslim)

Hikmah dilaksanakannya puasa hari Tasu'a adalah agar ibadah orang Islam tidak menyerupai ibadah orang Yahudi. Karena orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura, sedangkan Rasulullah sangat tidak menyukai orang Islam melakukan sesuatu seperti orang Yahudi. Oleh karenanya kita diperintahkan untuk puasa Tasu'a juga.

 

4)     Puasa Hari Senin dan Kamis

Puasa sunnah hari Senin dan Kamis merupakan puasa yang sering dilaksanakan oleh Rasulullah

n

, sebagaimana sabdanya:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ عَن رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الإِثْنَيْن وَالْخَمِيسِ فَأُحِبّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِيْ وَأَنَا صَائِمْ. (رواه الترمذي)

Amal-amal disodorkan kepada Allah pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka disodorkan amalku dalam keadaan aku berpuasa.
(H.R. Turmudzi)

Akan tetapi puasa hari Senin lebih afdhol karena Rasulullah

n

 bersabda:

عَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الإِثْنَيْنِ فَقَالَ: ذَلِكَ يَوْمَ وُلِدْتُ فِيْهِ وَيَوْمَ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِـيْـه. (رواه مسلم)

Telah ditanyakan kepada Rasulullah

n

 tentang puasa hari Senin, beliau menjawab, “Hari itu adalah hari kelahiranku, dan hari itu aku diutus di dalamnya”. (H.R. Muslim)

 

5)     Puasa Hari-Hari Biydh

Hari-hari Biydh adalah tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan. Dan dinamakan biydh, karena bulan pada waktu itu sedang bulat-bulatnya. Adapun hadits yang menjelaskan hal itu adalah sebagai berikut:

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ بْنِ مَلْحَانَ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَأْمُرُنَا بِصِيَامِ أَيَّامِ الْبِيْضِ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ (رواه أبو داود)

Rasulullah

n

 memerintahkan kita untuk berpuasa hari-hari biydh, yaitu pada tanggal 13, 14 dan 15.
(H.R.Abu Dawud)

Rasulullah

n

 tidak pernah meninggalkan puasa hari-hari biydh, sebagaimana yang disabdakan dalam hadits:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله عَنْهُمَا قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ لاَ يَفْطُرُ أَيَّامَ الْبِيْضِ فِي حَضَرٍ وَلاَ سَفَرٍ. (رواه النسائي)

Rasulullah

n

 tidak pernah berbuka pada hari-hari Biydh, baik tidak dalam perjalanan maupun dalam perjalanan. (H.R An-Nasa'i)

Juga kita disunnahkan berpuasa pada tanggal 28, 29 dan 30 dari setiap bulan yang dinamakan ayyamus suud. Dinamakan demikian karena bulan pada hari-hari itu tidak tampak, atau tampak tapi mengecil, sehingga malam sangat gelap gulita.

 

6)     Puasa Nabi Dawud

Puasa Dawud adalah berpuasa satu hari kemudian berbuka satu hari dan begitu seterusnya silih berganti. Puasa ini termasuk paling afdolnya puasa-puasa sunnah, sebagaimana sabda Rasulullah

n

:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرو بْنِ الْعَاص رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: أَفْضَلُ الصِّيَامِ صِيَامُ دَاوُدْ، كَانَ يَصُوْمُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا. (متفق عليه)

Paling Afdolnya puasa adalah puasa Nabi Dawud, beliau berpuasa sehari dan berbuka sehari. (Muttafaq alaih)

 

7)     Puasa Dahr

Puasa dahr adalah berpuasa setiap hari sepanjang tahun. Sedangkan hukumnya dapat diperinci seba­gai berikut:

·      Jika seseorang yang berpuasa dahr akan menyebabkannya melalaikan kewajiban-kewajibannya, atau dikarenakan berpuasa dahr dia akan jatuh sakit maka puasa dahr orang ini hukumnya makruh.

·      Dan bagi orang yang berpuasa dahr akan tetapi tidak melalaikan kewajiban-kewajibannya, maka hukum puasanya sunnah, sebagaimana sabda Rasulullah

n

 :

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: مَنْ صَامَ الدَّهْرَ ضِيْقَتْ عَلَيْهِ جَهَنَّمَ .(رواه البيهقي)

Barang siapa berpuasa dengan puasa Dahr, maka akan disempitkan baginya Api Neraka Jahannam. (H.R. Baihaqi)

 

 

Post a Comment for "Puasa dan Pengaruhnya pada Jiwa dan raga"